BUKU TERBAIK PILIHAN SAGANG 1997 Sandiwara Hang Tuah : Karya Taufik Ikram Jamil
TAUFIK Ikram Jamil kelahiran Teluk Belitung, Bengkalis, Riau, 19 Sseptember 1963, menampilkan cerpen-cerpennya di berbagai media cetak seperti Riau Pos, Kompas, Berita Buana, Republika, Suara Permbaharuan, Kartini, Horison, Kalam clan Ulumul Qur'an. Telah banyak novelnya yang telah diterbitkan antara lain; Sandiwara Hang Tuah (mendapat anugrah Sagang tahun 1977) : Hempasan Gelombang (juara II pada sayembara roman oleh DKJ) MembacQ , Hang Jebat dan sebagainya.
Dalam kumpulan cerpennya yang mendapat anugerah sagang tahun 1977, ada enam belas cerpen, sebagian besar cerpen-cerpen dalam kumpulan memang inilah khas kepengarangan taufik yang selalu dekat dengan alam Riat dan budayannya. Perihal nasib kaum Melayu Riau yang dhuafa, yang tak mampu duduk sama rendah berdiri sama tingggi dengan derap pembangunan dan perkembangan zaman atau katakanlah orang-orang Melayu yang tertinggal. Dalam gegap gempita lajunya pembangunan di kawasan kerja sama pertumbuhan Sijori (Singapura, Johor daii Riau), mereka bagaikan suku terasing.
Tema dan suasana keterasingan inilah suatu yang lazim dalam kesusastraan Indonesia. Kita pernah mengenal bahwa pada tahun enam puluhan karya-karya sastra dengan tokoh pribadinya, berada dalam keterasingan nilai dengan nilai masyarakat asalnya. karya yang berbau keterasingan eksistensialis, sebagaimana ditunjukkan sobagyo sastrowardoyo, terlihat dari adanya keterasingan penyair terhadap lingkungan asalnya sebagai manusia perbatasan yang tak betah di tanah kelahirannya, namun sama sekali tak bisa lebur dalam penyerapan kebudayaan barat.
Sutardji Calzoun Bachri dalam kata penutup di kumpulan cerpen ini mengatakan keterasingan yang ada dalam dunia sastra kita, sekurang- kurangnya dalam perpuisian adalah keterasingan atau alinea dari pembangunan dan keterasingan gender.
Dan cerpen-cerpen Taufik Ikram Jamil ialah dunia yang akrab dengannya. Pekerjaannya sebagai wartawan agaknya banyak membantunya untuk akrab dengan situasi lapangan dan mengenal lebih kental persoalan-persoalan sosial yang diam-diam terasakan.***
TAUFIK Ikram Jamil kelahiran Teluk Belitung, Bengkalis, Riau, 19 Sseptember 1963, menampilkan cerpen-cerpennya di berbagai media cetak seperti Riau Pos, Kompas, Berita Buana, Republika, Suara Permbaharuan, Kartini, Horison, Kalam clan Ulumul Qur'an. Telah banyak novelnya yang telah diterbitkan antara lain; Sandiwara Hang Tuah (mendapat anugrah Sagang tahun 1977) : Hempasan Gelombang (juara II pada sayembara roman oleh DKJ) MembacQ , Hang Jebat dan sebagainya.
Dalam kumpulan cerpennya yang mendapat anugerah sagang tahun 1977, ada enam belas cerpen, sebagian besar cerpen-cerpen dalam kumpulan memang inilah khas kepengarangan taufik yang selalu dekat dengan alam Riat dan budayannya. Perihal nasib kaum Melayu Riau yang dhuafa, yang tak mampu duduk sama rendah berdiri sama tingggi dengan derap pembangunan dan perkembangan zaman atau katakanlah orang-orang Melayu yang tertinggal. Dalam gegap gempita lajunya pembangunan di kawasan kerja sama pertumbuhan Sijori (Singapura, Johor daii Riau), mereka bagaikan suku terasing.
Tema dan suasana keterasingan inilah suatu yang lazim dalam kesusastraan Indonesia. Kita pernah mengenal bahwa pada tahun enam puluhan karya-karya sastra dengan tokoh pribadinya, berada dalam keterasingan nilai dengan nilai masyarakat asalnya. karya yang berbau keterasingan eksistensialis, sebagaimana ditunjukkan sobagyo sastrowardoyo, terlihat dari adanya keterasingan penyair terhadap lingkungan asalnya sebagai manusia perbatasan yang tak betah di tanah kelahirannya, namun sama sekali tak bisa lebur dalam penyerapan kebudayaan barat.
Sutardji Calzoun Bachri dalam kata penutup di kumpulan cerpen ini mengatakan keterasingan yang ada dalam dunia sastra kita, sekurang- kurangnya dalam perpuisian adalah keterasingan atau alinea dari pembangunan dan keterasingan gender.
Dan cerpen-cerpen Taufik Ikram Jamil ialah dunia yang akrab dengannya. Pekerjaannya sebagai wartawan agaknya banyak membantunya untuk akrab dengan situasi lapangan dan mengenal lebih kental persoalan-persoalan sosial yang diam-diam terasakan.***
sumber: http://www.sagangonline.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar