Salah satu putra terbaik Kabupaten Kepulauan Meranti juga penggagas Komunitas Pena Kelana Riau dan Forum Masyarakat Pembangun Kabupaten Kepulauan Meranti (FMPKKM) Pekanbaru, Sarwan Kelana meraih Aklamasi Award 2013 dari LPM UIN Suska Riau, dalam katagori Mahasiswa Penulis Artikel Di Media Massa Terbanyak dan aktif. Penghargaan diterima Sarwan Kelana di Gedung Rektorat UIN SUSka.
Sarwan Kelana yang dikenal akrab dengan semua kalangan dan vokal dalam menyuarakan kritikan di media massa yang ada di Riau ini, usai menerima penghargaan mengaku terharu.
Dirinya bersukur menerima penghargaan Rewad dari LPM UIN Suska. Sarwan juga merupakan salah seorang koresponden Radar Indonesia - Biro Pekanbaru yang produktif menulis artikel dan reportase sejak 2012 lalu. Dia termasuk koresponden yang bekerja profesional sebagai bagian giat jurnalisme di Media Online Radar Indonesia.
Menulis bagi aktivis UIN Suska ini sudah digelutinya semenjak sekolah menengah Pertama (SMP), sehingga ketika dibawa ke dunia kampus, menulis terasa tidak asing lagi bagi dirinya.
“Saya berharap penghargaan ini tidak membuat saya bangga, justeru sebaliknya menjadikan saya selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam hal apapun” ujarnya.
"Semoga dengan penghargaan ini, sebagai wartawan Radar Indonesia, saya bisa bekerja lebih profesional lagi" imbuhnya saat dihubungi hari ini, Kamis, (2/2014)//F/. Sumber: radar-indo.com)
______________________________________________________
2. Bambang Kariyawan MPd, Peraih Karya Penelitian Budaya Pilihan Sagang 2011
Berprofesi sebagai guru tak menyurutkan tekad Bambang Kariyawan MPd untuk menulis dan menulis. Terutama tentang tradisi dan budaya Melayu di negeri ini.
Bambang Kariyawan MPd, tersenyum ketika Riau Pos datang bertandang ke SMA Cendana Pekanbaru, Rabu (19/10) siang. Saat itu, jarum jam menunjukkan pukul 13.00 WIB, sekaligus tepat saat lonceng pertanda istirahat bagi siswa berakhir.
Pria yang kesehariannya mengajar bidang studi sosiologi itu sedang ada di ruang majelis guru. Para guru yang kebetulan ada di ruangan yang sama, tampak tersenyum dan gembira sambil bergurau kalau rekannya itu akan tampil di media massa.
Rasa suka cita dan bangga memang tercermin dari wajah Bambang. Dan itu memang tak terlalu berlebihan. Hasil kerjanya dipilih sebagai Karya Penelitian Budaya Pilihan Sagang tahun 2011.
‘’Ini berkah luar biasa bagi saya. Saya baru tahu setelah baca Riau Pos pagi ini,’’ ungkapnya sambil tersenyum dan disambut dukungan para rekannya di ruang majelis guru.
Pria yang lahir 9 Mei 1971 di Tanjung Uban, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) ini adalah lulusan S1 IKIP Jogjakarta. Dia lalu menamatkan S2 di UNP Padang Sumatera Barat.
Menurut Bambang, karya penelitiannya yang berjudul: ‘’Meramu Tradisi Melayu dalam Cerita Pendek: Upaya Kreatif Melindungi Generasi dari Kealpaan Tradisi’’ itu dikerjakannya dengan banyak faktor pendorong.
Suami Julina SE MSi dan ayah Qonitah Rifda Zahirah ini banyak termotivasi dengan keberhasilan rekan sejawatnya M Amin, guru Agama Islam SMA Cendana yang juga jadi pemenang Anugerah Sagang 2009.
Juga Sitti Syathariah, rekan sejawatnya yang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia yang juga sukses meraih Anugerah Sagang 2010.
‘’Mereka banyak menginspirasi dan mendorong saya. Mengapa mereka bisa dan saya tidak,’’ kata Bambang. Dengan dorongan itu, dia pun mulai melakukan penelitian. Yang membuatnya menarik saat ini adalah perkembangan generasi muda. Riau yang disebut sebagai pusat kebudayaan Melayu, tapi generasi mudanya banyak yang tak tahu dengan detail bagaimana tradisi Melayu di negeri ini.
Mereka tak tahu apa itu tradisi Mambai Sialang, Badewo, Mandi Safar, termasuk Petang Megang yang begitu populer di tengah masyarakat Riau sejak dulu.
Pria yang sehari-hari harus bolak-balik dari Kualu ke Rumbai pun merasa khawatir, kalau lama-kelamaan kondisi itu akan makin parah. ‘’Lalu siapa lagi yang akan menjaganya,’’ ucapnya.
Para siswa atau kalangan mahasiswa misalnya, hanya mencari tradisi Melayu bila ditugaskan. Mereka hanya melihatnya di internet tanpa mendalami apa itu tradisi yang mereka baca.
Melihat fenomena itu, dia mulai mengumpulkan kumpulan tradisi Melayu, mengklipingnya serta minta masukan dari kalangan siswa dan mahasiswa di Riau.
Kumpulan tradisi Melayu itu kemudian diramu jadi sebuah cerita pendek tentang tradisi Melayu dengan gaya paduan sastra. Itu dilakukannya hampir setahun.
‘’Mereka baru tahu setelah membaca tulisan tersebut, kalau itu adalah tradisi yang dimiliki budaya Melayu,’’ ujarnya.
Bambang meramunya jadi cerita pendek agar tak membosankan pembaca, terutama generasi muda. Dia berharap, suatu ketika karya penelitiannya itu bisa jadi pegangan bagi siapa saja yang berkepentingan. Bagi siapa saja yang ingin tahu tradisi dan budaya Melayu. Sehingga, generasi muda Riau saat ini tak ‘kosong’, tak luput dari kealpaan akan tradisi Melayu.
‘’Bayangkan, kalau kini banyak generasi muda yang tak tahu dengan tradisi Melayu yang ada, bagaimana dengan generasi selanjutnya,’’ bebernya. Bahkan, suatu saat nanti, karya penelitiannya ini bisa jadi sebuah buku yang bisa dimanfaatkan orang banyak. Tentu dengan dukungan pemerintah.
Bambang patut berbangga atas apresiasi Anugerah Sagang tahun ini. Ditambah lagi, SMA Cendana sudah tiga tahun berturut-turut jadi pemenang Anugerah Sagang. Menurutnya, Anugerah Sagang memberi motivasi bagi kalangan seniman, sastrawan, peneliti, maupun jurnalis untuk berkarya.(rpg)
sumber: http://www.riautoday.com
_________________________________________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar