SENIMAN/BUDAYAWAN PILIHAN SAGANG 2008 : FAKHRUNNAS MA JABBAR
PEMEO yang mengatakan bahwa kreativitas seorang seniman akan mati seiring dengan kemapanan hidup, tidak terbukti pada diri Fakhrunnas MA Jabbar. Di tengah kesibukannya sebagai Deputy Director Riaupulp dan aktivitas lainnya, Fakhrunnas masih tetap menghasilkan karya, membacakannya, dan juga membukukannya. Maka tak heran kalau Fakhrunnas termasuk ke dalam jajaran sastrawan yang diperhitungkan di tingkat lokal dan nasional.
Fakhrunnas MA Jabbar dilahirkan di Desa Tanjung Barulak, Kampar,
Riau pada 18 Januari 1959. Mulai menulis sejak'di bangku SMP di
Bengkalis. Menamatkan Fakultas Perikanan Jurusan Manajemen Sumberdaya
Perairan Universitas Riau (UNRI) Pekanbaru. Semasa kuliah pernah
menjadi Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional utusan Universitas Riau
(1984). Fakhrunnas meniti karirnya di dunia akademiki sebagai dosen di
Universitas Islam Riau sejak 1986. Sedangkan di dunia jurnalistik sejak
tahun 1979-1999. Tulisannya berupa artikel, esai, cerpen dan puisi
telah dimuat di sejumlah media lokal dan nasional seperti Horison,
Kompas, Republika, Media Indonesia, Koran Tempo, Riau Pos, Kartini,
Nova, Citra, Suoro Pemboruan dan sebagainya.PEMEO yang mengatakan bahwa kreativitas seorang seniman akan mati seiring dengan kemapanan hidup, tidak terbukti pada diri Fakhrunnas MA Jabbar. Di tengah kesibukannya sebagai Deputy Director Riaupulp dan aktivitas lainnya, Fakhrunnas masih tetap menghasilkan karya, membacakannya, dan juga membukukannya. Maka tak heran kalau Fakhrunnas termasuk ke dalam jajaran sastrawan yang diperhitungkan di tingkat lokal dan nasional.
Fakhrunnas adalah pribadi yang aktif dalam organisasi, terutama kebudayaan, adat, dan sosial kemasyarakatan. Antara lain di Komite Sastra Dewan Kesenian Riau (1994-96), Sekretaris Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI- 1983-95), Sekretaris Lembaga Seni Budaya Pernuda KNPI Riau (1981-85), Sekretaris Komite Program Yayasan Puisi Nusantara (1980-84).
Sejumlah buku telah diterbitkan antara lain, Di Bawoh Matahari (1981) dan Motahari Malam, Matahari Siang (1982) -kp keduanya bersama penyair Husnu Abadi , Meditasi Sepasang Pipa (1987) -kp bersama penyair Wahyu Prasetya, Buya Zaini Kuni : Sebutir Mutiara di Lubuk Bendahara (1993) -biografi, H. Soeman Hs: Bukan Pencuri Anak Perawan (1998) -autobiografi- dan terpilih sebagai Buku Terbaik Anugerah Sagang tahun 1999 . Selain itu, 6 buku cerita anak di mana tiga judul di antaranya termasuk buku Inpres yakni Anak-onak Suku Laut (Pustaka Utama Grafiti, 1994), Menembus Kabut (Depag RI, 1985), Menyingkap Rahasia di Bumi Harapan (1997).
Kumpulan cerpennya Sebatang Cerita di Serambi (Penerbit Akar Indoneseia, Yogyakarta, 2005) sempat dibahas oleh pengamat sastra Prof. Harry Aveling di FIB Universitas Indonesia, Depok. Buku ini termasuk 10 Nominator., Anugerah Buku Khatulistiwa Literary Award (KLA) tahun 2006.
Sebuah cerpennya, Rumoh Besar Tanpa Jendelo dimuat dalam Buku Cerpen Horison Sastra Indonesia (Horison, 2001) dan diangkat ke sinetron, oleh Chaerul Umam ditayangkan di LaTivi (2002). Kumpulan Puisi tunggalnya, Airmata Barzanji dengan Pengantar D. Zawawi Imron diterbitkan oleh Penerbit Adicita, Yogyakarta (2005). Menjadi editor Buku Sejarah Perjuangan Rakyat Riau (MSI, Pekanbaru, 2005) dan menjadi Nominator Anugerah Sagang tahun 2004 dan 2005 untuk Katagori Seniman/Budayawan Pilihan. Sering memenangkan sayembara penulisan sastra di antaranya Juara Pertama Penulisan Puisi pada Porseni Mahasiswa Nasional (Jakarta, 1983), Juara Pertama Penulisan Cerpen (Bali Post, 1992), Juara Pertama Penulisan Cerpen (UNS Surakarta, 1993) dan lain-lain.
Fakhrunnas sering pula memberikan ceramah sastra dan buclaya dan membaca puisi di sejumlah kota seperti Kuala Lumpur, Singapura, Pekanbaru, Padang, Medan, Jambi, Lampung, Jakarta dan Bandung. Pernah diundang oleh Unesco Korea Selatan tahun 1999 bersama dua budayawan Indonesia lainnya pada '99 Cultural Exchange Programme ASEAN-Republic o f Korea di Seoul dan Kyong Ju.
Selain itu, sering pula menghadiri dan membacakan puisi pada even sastra seperti Hari Sastra di Malaysia, Pertemuan Puisi Indonesia 1987, Malam Bosnia (1995), Malam Solidaritas Islam (1996), Gong Melayu 2001 (2001) dan Baca
Sajak Tempuling Rida K. Liamsi (2003) - semuanya di TIM Jakarta. Tahun 2004 membacakan sajak-sajaknya di Laman Bujang Mat Syam Bandar Serai, Dewan Kesenian Riau, Pekanbaru. Tahun 2005, membacakan cerpen dalam forum Cakrawala Sastra Indonesia di TIM Jakarta. Di tahun 2007, diundang membacakan puisinya dalam acara Parade Puisi Kebangsaan bersama 20 tokoh nasional termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono***
sumber: http://www.sagangonline.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar