Senin, 12 Januari 2015

Mosthamir Thalib (M)



Mosthamir Thalib lahir di Desa Igal, Kecamatan Mandah, Indragirihilir, Riau, 5 Agustus 1963. Ia mulai aktif menulis pertengan tahun 1980-an serta puisi dan cerpennya mulai dimuat di media masa surat Kabar Kampus Bahana Mahasiswa ketika menjadi mahasiswa UNRI. Kemudian karya-karyanya muncul pula di berbagai surat kabar daerah dan nasional, seperti Merdeka (Jakarta), Riau Pos, Genta, dan sebagainya.
            Kemudian, dua kumpulan puisinya adalah Bahang (1981) dan Rerama (1985), sementara cerpen-cerpennya terhimpun dalam berbagai antologi, di antaranya; Titian Laut III (1991), The Hangat Sumirah (Pucuk Rebung, 1991), dan Pertemuan Kedua (1995), kumpulan cerpen pengarang tiga kawasan, Singapura, Johor dan Riau. Cerpennya yang berjudul Nora-nora, Sabolimo, Bukan Telegram Bisnis, Wanita-wanita, The Hangat Sumirah cukup mendapat perhatian dan tempat dari penikmat sastra di Riau.

Mohd Amin Ms (M)


photo by www.nina.pw

Mohd Amin Ms atau lebih dikenal dengan nama Muhammad Amin, lahir di Pekanbaru, 3 Oktober 1975. Saat ini, bekerja sebagai wartawan di Riau Pos. Cerpen dan essai-essainya masuk dalam beberapa buku kumpulan. Dua novelnya yang telah terbit adalah Anak-anak Langit (Pustaka Alfabet, 2011) dan Ayah Kedua (Pustaka Pelajar, 2014), yang mendapat Anugerah Sagang kategori Buku Pilihan Sagang. Dan dua buku lainnya adalah Dilema Demokrasi (2007) dan Mengislamkan Kursi dan Meja (2009). Cerpennya masuk dalam antologi Pipa Air Mata, Cerpen Pilihan Riau Pos (2008).

Anak-Anak Langit
http://anak2langit.tumblr.com/

Maswito (M)



Maswito kelahiran Muaro Sentaho, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, 21 November 1970. Merupakan alumnus Fisipol Unri 1995. Ia menekuni dunia kepenulisan sejak duduk kuliah. Karyanya yang sudah diterbitkan di antaranya; Nasibmu Oemar Bakrie (Catatan Nurani Seorang Guru), Ismeth Abdullah Tokoh Pembangunan Kepri dan Ismeth Abdullah Sang Penggerak Pembangunan.
            Selain itu, tulisannya berupa opini, essai, puisi, cerpen, resensi buku dan lainnya sudah dimuat di sejumlah media cetak baik lokal maupun nasional. Selain sebagai PNS di Pemko Tanjung Pinang, Kepri ia secara rutin terus menulis.

Makmur Hendrik



Makmur Hendrik adalah kelahiran Desa Buluhcina, Siak Hulu, Kabupaten Kampar, 7 Juni 1947. Sastrawan yang lebih banyak menghabiskan masa mudanya di Padang, Sumatera barat ini lebih dikenal sebagai pengarang cerita silat, di antaranya Tikam Samurai (Si Bungsu) sebanyak 12 jilid, Si Giring-Giring Perak (7 Jilid)¸ Polimo Agam, Intan Suri, Romusa, Panglima Sakai. Pada tahun 1990-an cerita-cerita silat Hendrik Makmur ini menjadi sarapan pagi bagi masyarakat Sumatera Barat, Riau, Jambi, dan Sumatera Utara karena dimuat secara bersambung di Surat Kabar Harian Singgalang, Padang.
            Ia sudah memasuki dunia tulis menulis saat kelas 2 STM Negeri Bukit Tinggi. Saat itu Korem Sumatera Bagian Barat dan Utara di Bukit Tinggi mengadakan sayembara cerpen dalam rangka memperingati Hari Pahlawan. Dimana peseta adalah pelajar dan mahasiswa. Sejak saat itu karya-karya Makmur Hendrik tak pernah berhenti mengalir, baik cerpen, cerita silat maupun novel.
            Pada tahun 1980-an ia kembali memenangkan beberapa kali sayembara penulisan cerpen tingkat nasional. Salah satu di antaranya adalah cerpen berjudul Siul, sekitar tahun 1984.
            Kemudian cerpennya yang berjudul Buah Hati Mama (1980) yang memenangkan lomba sayembara tingkat nasional dan diangkat jadi film dengan judul yang sama disutradarai oleh aktor nasional Sophan Sophian. Selain itu novelnya yang berjudul Melintas Badai (1983), Luka di Atas Luka, dan Yang Kukuh yang Runtuh juga diangkat ke layar lebar. Juga terdapat novel lain berjudul Terjebak di Perut Bumi (1984). Serta Kumpulan cerpennya Di Langit Ada Saksi (1986) dan cerpennya Air Mata Menetes di Kedua Matanya juga termuat dalam kumpulan cerpen Pecinta Selat Philip (Penerbit Akar Indonesia, 2017).
            Kurang lebih 30 tahun tinggal di Sumatera Barat, ia pulang ke Pekanbaru akhir tahun 1992. Ia bekerja di Mingguan Genta. Ia juga pernah menjadi wartawan/redaktur di Surat Kabar Harian Singgalang (Padang), Koresponden Kompas di Padang, wartawan Surat Kabar Harian Semangat (Padang), Media Indonesia (Jakarta), Sumatera Express (Pelembang) dan terakhir menjadi pimpinan umum Mingguan Genta di Pekanbaru(1993-sekarang). (ref. 100 Tahun Cerpen Riau), photo by: www.goodreads.com

Melintas Badai

Di Langit Ada Saksi: Kumpulan Cerita Pendek

Giring-giring Perak (Book, #1)

Terjebak di Perut Bumi

Minggu, 11 Januari 2015

Mahyudin Yusdar (M)



Mahyudin Yusdar lahir di Bangkinang, 1 Januari 1974. Ia merupakan alumnus Fakultas Hukum, Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru. Ia memang lebih dikenal sebagai jurnalistik, namun juga menulis cerpen dan ulasan politik yang dimuat di Riau Pos, SKM, Pekanbaru, Riau Televisi, Televisi Melayu (TVM) dan Dumai Pos. Beberapa bukunya yang telah terbit Potui (1994) dan Ih…Gusdur, Gumam Seorang Demonstran (2000). Selain itu beberapa antalogi cerpennya; Terbang Malam (Cerpen Pilihan Sagang Riau Pos 2000) dan Satu Abad Cerpen Riau (Sagang, 2004). (ref. 100 Tahun Cerpen Riau)