Minggu, 07 Juni 2020

Tahun 2129

𝗧𝗮𝗵𝘂𝗻 𝟮𝟭𝟮𝟬

Wamdi Jihadi


-
Menulis itu merekam waktu. Dalam tulisan waktu dipeti-es-kan, dan kapan saja bisa dicairkan kembali lewat lembaran-lembaran buku, hingga terkuaklah berbagai peristiwa yang pernah terjadi dalam satu rentang masa.

Budaya lisan adalah budaya hafal, sementara hafalan kadar pertahanannya bisa rapuh bersama rapuhnya si penghafal. Belum lagi ketika kematian menghampirinya, maka ketika itu tidak jarang hafalan atau ilmunya pun ikut terkuburkan.

Itulah yang menjadi kerisauan Umar yang ia sampaikan pada Abu Bakar selepas gugurnya banyak sahabat penghafal Quran pada perang Yamamah. Terlepas bahwa al-Quran Allah garansi keorisinilitasnya, namun sebagai manusia itu adalah salah satu ikhtiar yang telah dilakukan. Puncaknya nanti adanya kesatuan penulisan mushaf pada masa khalifah ketiga, Utsman bin Affan.

Maka, menulis pada satu sisi adalah upaya mengabadikan, dan pada sisi yang lain adalah pengakuan atas keterbatasan daya ingat kita untuk tetap murninya satu ajaran, konten keilmuan atau peristiwa yang kelak bisa terus terwariskan dari satu tangan ke tangan yang lain, dari satu generasi ke generasi berikutnya.

"Menulis" kata Helvy Tiana Rosa, "Adalah memahat peradaban."

Sementara Tram (Pramoedya Ananta Toer) mengungkapkan bahwa mereka-mereka yang hilang dari sejarah dan ingatan masyarakat sebagiannya adalah orang-orang pandai, namun sayangnya mereka tidak menulis.

Korona tidak patut kita ingat, ia hanyalah monster abad ini yang mengangkangi Timur dan Barat dan mencabuti nyawa manusia satu persatu. Namun, dalam keleluasaannya itu ada ragam peristiwa, kisah, hikmah, perjuangan, pelajaran yang patut kita kenang dan ingatkan pada anak keturunan kita.

Teman saya M. Husnaini yang kini kandidat Doktor di IIUM sana bersama sahabat-sahabatnya telah merilis buku berjudul "Membaca Korona."

Dua minggu sejak awal berdiam di rumah teman-teman di komunitas guru menulis menginisiasi antologi buku dengan tema "Korona Berbuah Karya."

Forum Lingkar Pena yang memang tidak pernah absen dalam merekam setiap peristiwa pun sudah mendiskusikan online tentang jenis tulisan apa lagi 'rekaman' kali ini.

Bayangkan.

Seratus tahun yang akan datang, tahun 2120.

Seorang anak remaja bertanya pada bundanya apakah betul seratus tahun lalu (hari ini) ada pandemi yang begitu ganasnya?

Lalu, ibunya beranjak ke ruang perpustakaannya, mengambil satu, dua atau beberapa buku.

Katanya, "silahkan baca buku-buku ini, Sayang."

Dan dalam buku itu terpampang nama dan tulisan-tulisan sahabat sekalian.

(Kamis, 7 Mei 2020)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar