Minggu, 07 Juni 2020

Redovan Jamil (R)



Biografi Penulis:
Redovan Jamil, lahir Padang Benai salah satu kampung kecil di Sumpur Kudus, Sumatera Barat.

Ia adalah salah satu penggiat literasi pedalaman dan penasehat di TBM Hamfara Library, PW FTBM Riau  dan Konsultan Sekolah Literasi Indonesia.

Terpilih menjadi Penggiat Literasi 2019 Kemendikbud RI dan diundang Residensi Penggiat Literasi di Yogyakarta. Tergabung di antologi “Epitaf Kota Hujan”, Temu Penyair Asia Tenggara 2018, “Jejak Cinta di Bumi Raflesia”, Festival Sastra Bengkulu 2018, dan “Kunanti di Kampar”, 2018 dan “The Best Father & Mother”, 2018.

Puisi tunggalnya yang telah terbit Abun-abun yang Abrak (2018), Dari Jauh ke Pasar Jongkok (2019), dan Kenangan Tanpa Judul (2019).

Suka menulis puisi, cerpen, esai, dan opini. Karya dan tulisannya tersebar dibeberapa media nasional dan lokal serta online.

Sering diundang sebagai pemateri di kegiatan kesusastraan dan literasi. Bisa dihubungi ke nomor 085265781291/ WA dan 081213957352, email redovanjamil1993@gmail.com, IG @redovan_jamil dan Facebook atas nama Redovan Jamil.





Melestarikan Pemikiran dengan Tulisan

Melestarikan Pemikiran dengan Tulisan



Ide atau pemikiran yang kita punya bisa juga kita utarakan lewat lisan. Seperti berdiskusi, bercerita, berpidato, berceramah dan bentuk ungkapan lisan lainnya. Namun sangat disayangkan ide atau pemikiran kita hanya bisa dinikmati oleh para pendengar sebatas yang hadir saja, sementara orang di luar sana tentunya tidak mendapatkan informasi dari pikiran kita.

Terlebih lagi saat seorang yang berceramah tadi berhalangan hadir, sakit atau bahkan wafat maka terputuslah ide atau pemikirannya hanya pada yang mendengarkan dan tentunya ingatan manusia lambat laun bisa berkurang.

Berbeda halnya dengan tulisan. Tidak dibatasi ruang dan waktu bahkan nyawa sekalipun. Lihatlah pemikiran orang-orang besar yang sempat mereka tuliskan tetap bisa kita nikmati hingga hari ini. Tulisan, buku, kitab adalah hasil dari ide atau pemikiran yang mereka lestarikan semasa hidup mereka. Misalnya Imam An Nawawi dan Imam Al-Ghazali mereka sangat banyak menghasilkan tulisan, buku ataupun kitab. Mereka telah melestarikan ilmu dan pemikirannya selagi mereka masih hidup. Jadi salah satu cara terbaik melestarikan ide atau pemikiran kita adalah saat kita masih hidup, bukan setelahnya. Yaitu dengan menulis, sekarang!

.........
Muklisin Raya Al-Bonai (Mr Albonai)
Penulis Puluhan Buku, Founder RumahPendidikan Albonaiyah TBM AL-BONAI RUPA, Founder Komunitas Sahabat Bisnis, Komunitas Gerbang Peduli Sesama, Komunitas Hibah Buku Center, Founder AfazonaCom

Subscribe YouTube: Mr Albonai
IG: Mr Albonai
Aplikasi KBM: Muklisin Al-Bonai - Mr Albonai
Fanspage: Muklisin Al-Bonai - Mr Albonai
Blog:
http://muklisinalbonai.blogspot.co.id

Tahun 2129

𝗧𝗮𝗵𝘂𝗻 𝟮𝟭𝟮𝟬

Wamdi Jihadi


-
Menulis itu merekam waktu. Dalam tulisan waktu dipeti-es-kan, dan kapan saja bisa dicairkan kembali lewat lembaran-lembaran buku, hingga terkuaklah berbagai peristiwa yang pernah terjadi dalam satu rentang masa.

Budaya lisan adalah budaya hafal, sementara hafalan kadar pertahanannya bisa rapuh bersama rapuhnya si penghafal. Belum lagi ketika kematian menghampirinya, maka ketika itu tidak jarang hafalan atau ilmunya pun ikut terkuburkan.

Itulah yang menjadi kerisauan Umar yang ia sampaikan pada Abu Bakar selepas gugurnya banyak sahabat penghafal Quran pada perang Yamamah. Terlepas bahwa al-Quran Allah garansi keorisinilitasnya, namun sebagai manusia itu adalah salah satu ikhtiar yang telah dilakukan. Puncaknya nanti adanya kesatuan penulisan mushaf pada masa khalifah ketiga, Utsman bin Affan.

Maka, menulis pada satu sisi adalah upaya mengabadikan, dan pada sisi yang lain adalah pengakuan atas keterbatasan daya ingat kita untuk tetap murninya satu ajaran, konten keilmuan atau peristiwa yang kelak bisa terus terwariskan dari satu tangan ke tangan yang lain, dari satu generasi ke generasi berikutnya.

"Menulis" kata Helvy Tiana Rosa, "Adalah memahat peradaban."

Sementara Tram (Pramoedya Ananta Toer) mengungkapkan bahwa mereka-mereka yang hilang dari sejarah dan ingatan masyarakat sebagiannya adalah orang-orang pandai, namun sayangnya mereka tidak menulis.

Korona tidak patut kita ingat, ia hanyalah monster abad ini yang mengangkangi Timur dan Barat dan mencabuti nyawa manusia satu persatu. Namun, dalam keleluasaannya itu ada ragam peristiwa, kisah, hikmah, perjuangan, pelajaran yang patut kita kenang dan ingatkan pada anak keturunan kita.

Teman saya M. Husnaini yang kini kandidat Doktor di IIUM sana bersama sahabat-sahabatnya telah merilis buku berjudul "Membaca Korona."

Dua minggu sejak awal berdiam di rumah teman-teman di komunitas guru menulis menginisiasi antologi buku dengan tema "Korona Berbuah Karya."

Forum Lingkar Pena yang memang tidak pernah absen dalam merekam setiap peristiwa pun sudah mendiskusikan online tentang jenis tulisan apa lagi 'rekaman' kali ini.

Bayangkan.

Seratus tahun yang akan datang, tahun 2120.

Seorang anak remaja bertanya pada bundanya apakah betul seratus tahun lalu (hari ini) ada pandemi yang begitu ganasnya?

Lalu, ibunya beranjak ke ruang perpustakaannya, mengambil satu, dua atau beberapa buku.

Katanya, "silahkan baca buku-buku ini, Sayang."

Dan dalam buku itu terpampang nama dan tulisan-tulisan sahabat sekalian.

(Kamis, 7 Mei 2020)

Menulis (Buku) adalah Kartu Nama

Menulis (Buku) adalah Kartu Nama

Oleh: Muklisin Raya Al-Bonai



Suatu hari saya ada agenda bertemu salah seorang trainer yang berdomisi di kota Pekanbaru. Selain bersilaturahmi kami juga membahas kerjasama promosi training beliau. Setelah bercerita dan berdiskusi panjang lebar, saya sambil bergurau dengan trainer ini mengajaknya menulis buku. Maksudnya mengapa tidak sekalian saja ditulis tentang ilmu dan pengalaman trainingnya selama ini. Karena ini adalah nilai plus dan pembeda bagi seorang trainer. Memang akan berbeda antara trainer yang menulis buku dengan yang tidak punya buku sendiri atau apa pun profesi kita; guru, dosen, karyawan, pengusaha.
Kemudian, dengan menulis buku manfaat ilmu yang disampaikan lebih luas, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Misalnya saat seorang pembicara, trainer, da’i suatu waktu berhalangan hadir entah karena sakit atau cuaca ekstrim, maka kemungkinan besar ia tak bisa mengisi agenda yang dijadwalkan. Namun saat mereka menulis buku, maka ilmunya tetap bisa didapatkan oleh orang banyak tanpa harus bertatap muka. Tidak dibatasai ruang, waktu, jarak atau keadaan. Kapan dan di mana pun bisa berbagi manfaat. Itulah hebatnya menulis atau karya buku.
Masih dalam situasi diskusi dengan trainer tadi, ia memberikan respon yang positif dan sambil menyampaikan sebuah kalimat yang pernah dikatakan Jamil Azzaini, “Buku (menulis) adalah kartu nama seorang trainer/pembicara.”

Yups! Benar sekali, dengan adanya buku secara lebih luas seorang trainer, pembicara atau bahkan pengusaha bisa dikenal lewat bukunya. Karena selain isi, ilmu yang ada dalam buku tersebut juga meliputi profil penulisnya. Itu akan menjadi nilai plus dan daya tarik yang menjual bagi para trainer. Banyak trainer yang kita tahu, namun trainer atau motivator yang juga menulis buku jauh lebih dikenal dan berpengaruh. Sebut saja Dale Carnegie, David J Swatrz, Nappoleon Hill, Anthony Robbins, Robber Kiyosaki, Tung Desem Waringin, Andrie Wongso, Ippho Santosa, Jamil Azzaini dll, mereka ini sederetan dari trainer dan motivator tapi mereka berbeda karena ada buku yang mereka tulis.

Muklisin Raya Al-Bonai
Founder & Presiden RUPA ALBONAIYAH Foundation

http://muklisinalbonai.blogspot.co.id
fanspage: Muklisin Al-Bonai - Mr Albonai
Youtube: Mr Albonai
IG: Mr Albonai

Suyatri Yatri (S)






Suyatri Yatri, lahir di Padang Siminyak 24 Agustus 1979. Berasal dari Pagaruyung Batusangkar Sumatera Barat. Berdomisili di Rokan Hulu Riau.

Bekerja sebagai guru di SMP Negeri I Rambah Rokan Hulu Riau. Tutor di PKBM Damai Sejahtera Ujungbatu.

Aktif dalam gerakan pegiat literasi Rokan Hulu. Beberapa tulisan yang pernah terbit antara lain : Cerpen “Setetes Embun Pengobat Lara” (2016), Buku antologi puisi tunggal “ Goresan Jiwa” (2016),Antologi 111 Syair Syiar 8 Penyair Syair Syiar (2016), beberapa karya terbit di Majalah On line Simalaba, puisi “Tragis” Majalah on line Suluh (2016), Cerpen “Setetes Embun Pengobat Lara” dan Resensi buku My World of Animals, Pengalaman dari kecil mencintai hewan terbit di majalah on line Gong Budaya(2016), Antologi Ar-Rumi “Mencari Tuhan” (2016),Antologi Puisi Embun di Lereng Bukit Setanggi (2016), Antologi 17 Syair syiar 8 penyair Syair Syiar (2016), Antologi Teras Puisi (2017 ), Antologi SKS “Perempuan di Langit Aksara (2017), Antologi puisi “Kidung Sastra Nusantara” (2017), Antologi Puisi “Sajak-Sajak Laut” (2017), Antologi Syair Syiar Anak Bangsa (2017) Antologi Haiku dan Haibun “Sketsa Hening” (2017), Gempa Aceh 6,5 SR (2017), Menderas sampai Siak (2017), Mufakat air (2017), Artikel “ Pengaruh Bahasa Gaul di Kalangan Remaja” Majalah Kolofon Balai Bahasa Sumatra Utara (2017), Antologi Sonian (2018), Antologi Sonigraph (2018),  Antologi puisi Asia Tenggara Epitaf Hujan (2018), Melantun Syair Tanah Merah ( Singapura, 2018), Antologi Jejak Cinta di Bumi Raflesia (2018), Antologi Puisi se-ASEAN "Kunanti di Kampar Kiri(2018), 999 Sehimpun Puisi Penyair Riau (2018), Antologi puisi guru Musafir Ilmu (2018), Antologi Puisi Diary Hati (2018), Antologi Puisi Guru rekor muri Tentang Sebuah Buku dan Rahasia Ilmu (2018), Antologi Puisi gempa Lombok (2018), Antologi Puisi Rainy Day (2018), Antologi Bulan Bulan dalam Sajak (2019), Antologi Pola Tuang (2019),Antologi Sonian (2019), Antologi Puisi Negeri Sawit (2019), Antologi Puisi Penyait Perempuan Penyair "Palung Tradisi" (2019), terbit karya di media Pustaka ekspresi, Koran Bali Pos dan lain sebagainya.
pernah mengikuti lomba cipta puisi lintas negara juara 1 (2017), Juara 1 Lomba puisi  Permata Hati Nusantara 3 negara (2017).

Pendiri Komunitas Pena Kreatif Pagaran Tapah Darussalam,
 Komunitas Ziarah Karyawan Nusantara, Anggota Perkumpulan Rumah Seni Asrizal Nur,  anggota Komunitas Aliansi Penulis Puisi Dunia (APPD), Anggota Penyair Perempuan Indonesia (PPI), Anggota Komunitas Pegiat Literasi Rokan Hulu, Pengurus FTBM Rokan Hulu.


fb Suyatri Yatri
Sur-el : suyatri24@gmail.com

Senin, 13 Januari 2020

Pamula Trisna Suri, S.Pd Jas (P)


Pamula Trisna Suri, S.Pd Jas , anak pertama dari pasangan Suharyanto dan Supriyati lahir di Purworejo, 06 September 1987. Pengarang menamatkan perguruan tinggi di Universitas Negeri Yogayakarta Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi pada tahun 2009.

Setelah lulus perguruan tinggi, pengarang mencoba mengadu nasib merantau ke Pulau Sumbawa NTB untuk menjadi Guru. Tahun 2010 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil sebagai guru SMK di Kecamatan Lenangguar, kemudian pada Tahun 2013 pindah tugas ke Kecamatan Lopok.Pada akhir tahun 2015 pengarang pindah tugas ke SMP N 1 Rambah  Rambah Kabupaten Rokan Hulu provinsi Riau untuk mengikuti suami.

Pada tahun 2018 pengarang bergabung dengan FLP ( Forum Lingkar Pena) Rokan Hulu dan bergabung pada Komunitas Bisa Menulis yang dibentuk oleh Pak Isa Alamsyah, suami Asma Nadia. Buku Ra’uf Sang Pembelajatr merupakan buku perdana, Buku antalogi yang pernag diterbitkan yaitu Sandal Jepit Jhon Dalton, Kartini Milenial, Gita Cinta Kelas Kita, Selamat Datang Mas Nadiem.

Email : pamulatrisnasuri@gmail.com
Facebook : Pamula Trisna Suri
Wa. 082226583778













Nurhasanah (N)



Judul buku           : Mengaku Cinta (Antologi Puisi)


Penulis                 : Nurhasanah
Instansi                 : SMP Negeri 5 Bonai Darussalam
Alumni pelatihan menulis MG di: Sagusabu Rokan Hulu Angkatan 2
Jenis buku            : Puisi/Fiksi/Umum    
Editor  : Adrianus Yudi Aryanto

Sinopsis                :

Rasa sayang
Sayang yang tak dapat kujelaskan
Rasa cinta
Cinta yang tak terdefinisikan
Antara aku, Ayah, Ibu dan langit biru
Kita berada pada naungan yang sama
Semua rasa telah ada
Semakin lama, semakin kokoh akarnya
Tapi sulit kukatakan
Entah seperti apa persisnya rasa ini

    Setiap insan memiliki rasa cinta dan sayang akan seseorang, bahkan lebih dalam hingga ke dasar hati. Namun, tidak semua rasa dapat terucap karena malu, gengsi, ego, atau enggan. Biarkan saja perasaan hati dibalas dengan hati. Suara hati kadang tak terdengar dan lama sampai. Terutama untuk kedua orang tua. Cinta dan sayang mereka tak terukur. Rasa terima kasih saja tidak cukup. Terkadang perbedaan membuat celah untuk mengungkapkan rasa itu. Untaian kata melalui bait-bait puisi yang hadir di dalam buku ini adalah jawaban pengakuan sebagian rasa cinta itu.
Sebuah bingkisan berharga yang layak dipersembahkan bagi orang terkasih.



Tentang Penulis

Penulis bernama lengkap Nurhasanah dengan nama sapaan Sanah. Lahir di Limbong, 17 April 1995. Anak sulung dari dua bersaudara. Putri dari pasangan Bapak Salam dan Ibu Hernawati. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Impres 105455 Sibatu-batu pada tahun 2006.

Kemudian melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah Bahrul ‘Ulum pada tahun 2006 dan selesai pada tahun 2009. Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 2 Rambah Hilir pada tahun 2012. Kemudian pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswi Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Saat ini penulis merupakan tenaga pengajar di SMPN 5 Bonai Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Riau.